PRINGSEWU (HGL) – Di awali dengan penampilan yang cukup ciamik dari 3 pendekar Perguruan Silat PSHT yang memperagakan seni bela diri Pencak silat, KoPi Diskusi Toleransi yang diinisiasi oleh Tim Pemenangan Paslon Bupati Pringsewu nomor urut 03 Riyanto Umi Laila berlangsung di kediaman Bp. Sudarsono ( Lesung ) lebih tepatnya di Kelurahan Pringsewu Selatan. Diskusi yang cukup interaktif tersebut melibatkan Tokoh lintas agama. Beberapa tokoh yang hadir diantaranya Bp. Ucok dari Umat Katholik, bp. STeven Rooroh dari Kristen, ibu Helen dari Umat Budha serta Bp. Budi dari Hindu, hadir juga beberapa tokoh dari Persekutuan Pendeta Sekabupaten Pringsewu. Senin, (11/11) malam.
Dihadapan peserta diskusi cabup nomor urut 3 Riyanto mengatakan bahwa pringsewu merupakan minaturnya Indonesia, dimana penduduknya sangat beragam baik suku ras budaya maupun agama sehingga penting baginya berkomitmen untuk menjaga toleransi tersebut.
” Saya Contohkan begini, saya pecinta kopi, saya lebih menyukai kopi pahit saya tidak pernah memaksa orang untuk mengikuti selera saya, yang suka kopi manis silahkan, yang seneng kopi encer juga monggo,” kelakarnya sambil tertawa akrab.
Sebagai orang pringsewu, lanjut Riyanto kita harus bersyukur lahir di daerah yang kondusif dengan ke beragama yang ada.
” Sebelumnya saya sudah di wanti-wanti oleh abah Sujadi bahwa jika kamu mendapatkan amanah menjadi Bupati, kamu bukan lagi menjadi pemimpin salah satu kelompok melainkan menjadi milik semua suku semua agama dan kelompok masyarakat yang ada di kabupaten pringsewu, karena negara kita adalah negara kesatuan jangan sampai hilangkan keberagaman,” lanjut Riyanto.
Sementara itu Helen perwakilan dari umat budha pringsewu pada satu diskusi tersebut menyampaikan harapannya jika Riyanto terpilih menjadi Bupati Pringsewu agar berkomitmen dan mempunyai program yang berkenalan bagi penganut agama minoritas yang ada di kabupaten Pringsewu.
” Besar harapan kami pak agar kedepan nanti jika pak Riyanto menjadi Bupati, lebih memperhatikan agama minoritas seperti saat ini kami hanya memiliki satu satunya vihara tempat ibadah kami, serta adanya kesetaraan dan keadilan bagi agama minoritas yang ada di kabupaten pringsewu.,” pinta Helen