Metro – Sebuah malam di Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD A. Yani Metro menjadi saksi ketegangan yang melibatkan seorang bapak yang menggendong anaknya. Kedatangan mereka diiringi kepanikan, sesuatu yang wajar mengingat minimnya pemahaman masyarakat terhadap dunia medis. Petugas dengan sabar menjelaskan kondisi IGD yang penuh, mencoba menenangkan keluarga tersebut.
“Pada malam itu, dari keterangan tim medis kami, ada seorang bapak menggendong anak, didampingi istrinya ke IGD, menemui petugas. Sesuai prosedur, petugas pendaftaran menjelaskan beberapa kondisi IGD saat itu, dan Petugas Medis telah menanyakan keluhan si anak tersebut dengan ibunya serta memohon bersabar,” ungkap Dokter Hasril Syahdu, Wakil Direktur Rumah Sakit yang Membidangi Pelayanan.
Namun, ketegangan semakin meningkat ketika bapak tersebut tiba-tiba memanggil ibu dan anaknya, berkata, “Saya akan pindah.” Keputusan itu diambil sebelum petugas medis dapat melakukan pemeriksaan lebih lanjut. Miskomunikasi pun terjadi di tengah gejolak tersebut.
Manajemen RSUD A. Yani Metro, dalam menggugah kisah di balik tirai IGD, memastikan bahwa faktor panik berpengaruh besar pada keputusan bapak tersebut. Mereka menegaskan bahwa tidak ada penolakan pasien di rumah sakit tersebut, dan kronologi kejadian pada malam itu dijelaskan sebagai hasil dari kondisi IGD yang penuh hingga ruang tunggu mobil.
Saat ditanya mengenai pemberitaan yang menyoroti penolakan pasien, manajemen berharap masyarakat tetap percaya pada pelayanan RSUD A. Yani Metro. Dalam keterbukaan mereka, manajemen juga menyampaikan permohonan maaf atas setiap kekeliruan atau ketidaknyamanan yang mungkin terjadi dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, sembari menyampaikan rasa terima kasih kepada masyarakat yang terus mempercayakan kesehatan mereka di RSUD A. Yani Metro.(Hnf)
Klik Gambar