TANGGAMUS – Akses yang jauh dari fasilitas Kesehatan (faskes) menjadi salah satu alasan Pekon Pariaman Kecamatan Limau Kabupaten Tanggamus pada tahun 2017 menganggarkan Dana Desa untuk memiliki Ambulan desa. Sarana tersebut tentunya untuk mempermudah masyarakat yang membutuhkan fasilitas kesehatan dengan cepat secara gratis.
Namun setelah tampuk kepemimpinan pekon berganti pada tahun 2023 dan di jabat oleh Purwanto, kebijakannya mulai berubah, masyarakat yang menggunakan kendaraan untuk akses kesehatan tidak lagi gratis. Kamis, (3/11/23).
Seperti yang disampaikan warga pekon Pariaman yang mewanti-wanti agar namanya tidak di sebutkan dengab inisial SN mengatakan bahwa keluarganya beberapa kali menggunakan ambulans pekon untuk mengantarkan ibunya yang sudah mulai sakit sakitan.
” Ditahun ini sudah 2 kali ibu masuk rumah sakit, yang pertama ke RSUD tanggamus di Kota Agung diminta uang minyak oleh sopir ambulan sebesar 100 ribu dan kemarin yang kedua di RS Mitra Husada Pringsewu diminta 200 ribu. Setahu saya gratis tetapi kenapa kok diminta biaya, kondisi kami sedang kesusahan karena tertimpa musibah,” Ucap SN.
Hal senada pun dikeluhkan ZN, warga setempat bahwa merasa heran soal pelayanan penggunaan jasa ambulan untuk biaya bahan bakar bensin kendaraan dibebankan terhadap warga yang membutuhkannya.
“Ya heran saja kok menggunakan ambulan desa sekarang ini sudah diminta uang bensin, setahu kami dari dulu gratis, karna sudah ada anggarannya,” timpalnya.
Saat di konfirmasi salah satu sopir ambulans pekon Ulloh membenarkan bawa dirinya setiap menghantarkan warga ke faskes menggunakan ambulans pekon selalu meminta uang minyak kepada keluarga pasien. Hal tersebut dilakukan sesuai dengan perintah dari kepala pekon dengan alasan bahwa pekon tidak memiliki anggaran untuk membeli minyak ambulan tersebut.
” Untuk sopir ambulans ada 2 orang saya sama Firman, saya sendiri dipercaya jadi supir semenjak bulan september 2022, memang bulan awal saya bekerja sebagai supir tidak pernah meminta uang minyak kepada keluarga pasien dan memang ada dari anggarannya, semenjak 2023 ini pihak pekon tidak pernah memberikan uang minyak, untuk operasional ambulan kepala pekon memerintahkan saya untuk meminta kepada keluarga pasien. ” jelas Ulloh.
Soal Honor, lanjut Ulloh hanya diberikan sebesar Rp500 ribu perbulan jika harus menanggung beban minyak tentunya tidak akan cukup apalagi dari bulan 4 sampe bulan ini honornya belum dibayarkan,
” Saya sebenarnya malu minta uang minyak, tapi ambulans gak bisa jalan kalo ga diisi minyak, kemudian gaji saya dibayar hanya 500 ribu perbulan, sedangkan setahu saya honor untuk supir ambulan lebih dari itu,” keluhnya
Sayangnya Kepala Pekon Pariaman Purwanto tidak ada ditempat, berdasarkan informasi yang kami peroleh dari aparatur yang bertugas bahwa Purwanto sedang berada di Kotaangung.
Jika mengacu pada RAPBDes pekon Pariaman ada tiga mata anggaran untuk operasional mobil ambulans tersebut. yaitu untuk honorarium petugas ambulan sebesar 18 juta dan untuk operasional/siaga kesehatan sebesar 12 juta pertahun. Serta pemeliharaan sebesar 11,5 juta.
Dihitung dari besaran honor 2 orang sopir sebesar 500 ribu di kali 12 bulan, maka pekon hanya mengeluarkan uang sebesar 12 juta, ada selisih 6 juta dala RAPBDes.
Dari hal tersebut patut diduga Purwanto sebagai kepala pekon selain belanja fiktif, dan pemotongan honorarium sopir juga diduga kuat melakukan pungutan liar (pungli) kepada warga yang menggunakan Ambulan pekon.(*)
Klik Gambar